image1 image2 image3 image4 image5

HOLA!|LOST GIRL IS HERE|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|EXPLAIN ABOUT NORSE MYTHOLOGY|MY REVIEW|MY HANDWRITING|AND MANY MORE|COMMENT, SHARE, FOLLOW, AND ENJOY!

Pengaruh Gaya Kepemipinan terhadap Kinerja Pegawai


Pengaruh Gaya Kepemipinan terhadap Kinerja Pegawai








Disusun oleh:

ISMAH MARDIYYAH HUSEN

English Department

2-B

165311045







POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2018



ABSTRAK



Kepemimpinan merupakan salah satu kebutuhan yang wajib ada dalam sebuah kelompok kerja. Kepempinan bisa diartikan sebagai suatu kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang-orang disekelilingnya, entah itu bawahannya atau sebuah kelompok. Suatu kemampuan yang dapat mengubah tingkah laku seseorang atau keahlian khusus dalam suatu bidang tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Ada beberapa gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Dari gaya yang membuat pegawai tidak nyaman dan tertekan sampai gaya kepemimpinan ramah dan berbaur dengan semua orang yang akan berpengaruh pada hasil kerja pegawai.

Kata Kunci:  Gaya kepemimpinan, hasil pekerjaan pegawai



ABSTRACT



Leadership is one of the must-have needs in a working group. Battles can be interpreted as a leader's ability to influence the people around him, whether his subordinates or a group. An ability that can change a person's behavior or special skills in a particular field to achieve a goal. There are several leadership styles that can affect employee performance. From styles that make employees uncomfortable and depressed until the leadership style is friendly and mingle with everyone who will affect the work of employees.

Keywords: Leadership style, employee work result


PENDAHULUAN



Latar Belakang

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kepemimpinan adalah suatu proses yang dapat memengaruhi dan memberikan contoh seorang pemimpin kepada kelompok atau karyawannya dalam upaya mencapai suatu tujuan. Dalam hubungan ini seorang pemimpin diharapkan dapat memainkan peranya sebagai seseorang yang memberikan pengajaran atau instruksi yang jelas dan tegas kepada karyawan atau kelompoknya.

Sebagian orang mengatakan bahwa pemimipin seharusnya mempunyai sifat atau ciri tertentu yang sangat penting dan berbeda, seperti contohnya, mempunyai kharisma, pandangan ke depan yang berbeda, daya persuasi, dan intensitas. Apabila berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Jenderal Sudirman, Napoleon, Sukarno, Washington, Lincoln, dan Churcill, kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka gunakan untuk mencapai sebuah tujuan yang mereka inginkan.



Identifikasi Masalah

Pengaruh gaya kepemipinan terhadap kinerja pegawai



Tujuan Masalah

            Mengetahui berbagai macam gaya kepemipinan di kantor



TINJAUAN PUSTAKA



Pengertian Kepemimpinan

Terdapat tiga teori tentang asal-usul terbentuknya seorang pemimpin:

  1. Teori Genetik: Teori ini mengatakan bahwa pemimpin sudah terlahir dengan bakat terpendam dalam diri mereka.
  2. Teori Sosial: Teori ini menjelaskan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin melalui latihan, pendidikan, dan kesempatan.
  3. Teori Ekologis: Sebuah teori yang menggabungkan kedua teori di atas.

Adapun teori kepemimpinan dari Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) bahwa kepemimpinan merupakan suatu tindakan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama dalam meraih suatu tujuan.

Sementara menurut Young (dalam Kartono, 2003), kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup membuat orang lain berbuat sesuatu.



Sifat-Sifat Pemimpin

Beberapa sifat yang biasanya melekat pada diri seorang pemimpin diantaranya adalah:

  1. Intelejensi: Suatu kemampuan menafsir, bicara, dan bernalar yang lebih kuat daripada anggota yang lain.
  2. Kepercayaan Diri: Sebuah keyakinan pada keahlian yang dimilikinya.
  3. Determinasi: Sebuah hasrat untuk menyelesaikan pekerjaan yang meliputi ciri seperti kegigihan, berinisiatif, dan mempengaruhi.
  4. Integritas: Suatu kualitas kejujuran yang dapat dipercaya oleh para anggota.
  5. Sosiabilitas: Suatu kecenderungan untuk menjalin hubungan yang diplomatis, menyenangkan, ramah, sopan, bersahabat, dan bijaksana. Seorang pemimpin yang menunjukkan rasa sensitif terhadap kebutuhan orang lain dan perhatian atas kehidupan mereka.



Gaya Kepemimpinan

Ada beberapa gaya kepemimpinan yang dapat dijadikan acuan bagaimana kinerja pegawai, antara lain:

1.      Kepemimpinan Otokratis

Pemimpin yang dominan dalam setiap pengambilan keputusan peraturan, kebijakan, dan suatu prosedur oleh dirinya sendiri. Kepemimpinan jenis ini memusatkan kekuasaan pada dirinya sendiri. Pemimpin seperti ini biasanya membatasi inisiatif dan daya pikir dari para anggotanya.

Pemimpin yang otoriter tidak akan memperhatikan kebutuhan dari bawahannya dan cenderung berkomunikasi satu arah yaitu dari atas (pemimpin) ke bawah (anggota). Jenis kepemimpinan ini biasanya dapat kita temukan di akademi kemiliteran dan kepolisian.

2.      Kepemimpinan Birokrasi

Kepemimpinan birokrasi biasanya diterapkan dalam sebuah perusahaan. Gaya ini akan berguna jika setiap karyawan mengikuti setiap alur prosedur dan melakukan tanggung jawab rutinnya setiap hari.

Dalam kepemimpinan birokrasi, tidak ada ruang bagi para anggota untuk melakukan inovasi karena semuanya sudah diatur dalam tatanan prosedur yang harus dipatuhi oleh setiap pegawai.

3.      Kepemimpinan Partisipatif

Gaya kepeimpinan ini menggunakan sebuah ide dari setiap pegawai karena pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Seorang pemimpin yang partisipasif akan memberikan ruang gerak bagi para pegawainya untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan suatu keputusan dan membuat suasana lebih bersahabat serta membuat suatu hubungan antar pimpinan dan anggota menjadi saling percaya.

4.      Kepemimpinan Delegatif

Kepemimpinan delegatif atau Laissez-faire merupakan jenis gaya kepemimpinan yang memberikan kebebasan mutlak pada para pegawai untuk melakukan tujuan dengan cara mereka. Pemimpin dengan gaya seperti ini biasanya akan membiarkan keputusan dibuat oleh siapa saja sehingga tidak jarang membuat semangat kerja tim pada umumnya menjadi rendah. Jenis kepemimpinan ini akan sangat merugikan apabila para anggota belum cukup matang dalam melaksanakan tanggung jawabnya dan memiliki motivasi tinggi terhadap pekerjaan.

Sebaliknya, kepemimpinan delegatif dapat menjadi suatu boomerang jika perusahaan memiliki karyawan yang bertolak belakang dari pernyataan sebelumnya.

5.      Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan transaksional merupakan tindakan transaksi antara pemimpin dan anggotanya yang akan membuat seorang pemimpin memberikan penghargaan ketika bawahan berhasil melaksanakan tugas yang telah diselesaikan sesuai kesepakatan.

6.      Kepemimpinan Transformasional

Gaya kepemimpinan ini dapat menginspirasi pegawai untuk mengikuti tindakan pemimpinnya. Jenis kepeimpinan ini cenderung memperhatikan dan terlibat langsung dalam membantu para anggota kelompok untuk berhasil menyelesaikan tugas mereka.

Kepemimpinan transformasional memiliki semangat yang positif untuk pegawainya sehingga dapat berpengaruh pada pegawainya untuk lebih bersemangat. Seorang pemimpin jenis ini akan sangat mempedulikan kesejahteraan dan kemajuan setiap pegawainya.

7.      Kepemimpinan Melayani (Servant)

Hubungan yang terjalin antara seorang pemimpin yang melayani dengan para pegawai yang berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual. Pemimpin jenis ini akan lebih mengutamakan kepentingan, kebutuhan, dan aspirasi dari para pegawai daripada dirinya.



8.      Kepemimpinan Karismatik

Gaya kepemimpinan ini memiliki pengaruh kuat pada para pegawainya karena karisma dan kepercayaan diri yang ditampilkannya. Para pegawai cenderung mengikuti pemimpin karismatik karena kagum dan percaya, lalu kemudian mereka menjadi ingin berkontribusi bersama dengan pemimpin karismatik.

Kepercayaan diri tersebut datang dari setiap kemampuan mempesona yang seorang pemimpin tersebut miliki terutama dalam meyakinkan setiap anggotanya untuk mengikuti setiap arahan yang ia inginkan.

9.      Kepemimpinan Situasional

Jenis kepemimpinan situasional lebih banyak menyesuaikan setiap gaya kepemimpinan yang ada dengan tahap perkembangan para anggota tentang sejauh mana kesiapan dari para anggota melaksanakan setiap tugas. Gaya kepemimpinan situasional mencoba mengkombinasikan proses kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Terdapat ada 4 gaya yang diterapkan oleh pemimpin jenis ini, diantaranya:

  1. Telling-Directing (menunjukkan, memberitahu, menetapkan, memimpin),
  2. Selling-Coaching (memperjelas, menjelaskan, membujuk, menjual),
  3. Participating-Supporting (kerjasama, mengikutsertakan diri, memberi semangat),
  4. Delegating (mengawasi, mendelegasi, pengamatan, penyelesaian).







Fungsi Kepemipinan

Berikut ini pendapat ahli terkait fungsi kepemimpinan pada sebuah kelopok kerja.

Pendapat pertama dikemukakan oleh Siagian (2003):

1.      Sebagai penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.

2.      Sebagai wakil dan juru bicara dalam hubungan dengan berbagai pihak diluar organisasi, terutama dengan mereka yang tergolong sebagai stakeholder.

3.      Sebagai komunikator yang efektif.

4.      Sebagai mediator handal dalam mengatasi setiap situasi yang timbul antar individu dalam satu kelompok kerja yang dipimpinnya.

5.      Sebagai integrator yang objektif dan rasional.

Pendapat lain juga diutarakan oleh Rivai. Menurutnya, kepemimpinan akan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar sebuah situasi. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi. Fungsi kepemimpinan sendiri dikelompokkan dalam dua dimensi berikut (Rivai, 2002):

1.      Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan (direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.

2.      Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi.

Seorang pemimpin harus melaksanakan berbagai fungsi kepemimpinan untuk mencapai tujuannya. Menurut Frunzi dan Savini dikutip dalam Hidayat (2005), terdapat lima fungsi kepemimpinan yang merupakan karakteristik kepemimpinan, antara lain:

1.      Pengajaran, dengan memberikan pengarahan khusus, saran dan bimbingan kepada karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

2.      Konseling, dengan mewawancarai para karyawan dan membantu mereka dalam menemukan jawabannya.

3.      Evaluasi, dalam melakukan pengawasan, peninjauan, penilaian terhadap karyawan sebagai timbal-balik terhadap kinerja karyawan.

4.      Delegasi, dengan memberikan tugas, tanggung jawab dan wewenang kepada karyawan yang dinilai berkompeten.

5.      Pemberian imbalan, dengan menyediakan pengakuan nyata maupun tidak nyata kepada karyawan yang sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik. 



Pengertian Sumber Daya Manusia

Menurut Sonny Sumarsono (2003, h 4), terdapat dua pengertian sumber daya manusia. Pertama, usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal lain SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan atau masyarakat.

Mary Parker Follett juga mengatakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu seni untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlakukan, atau dengan kata lain dengan tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.

Manajemen memang dapat mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi definisi di atas memberikan kepada kita kenyataan bahwa kita terutama mengelola sumber daya manusia bukan material atau finansial.

Di lain pihak manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perencanaan dan penugasan kelompok kerja), penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi, dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integrasi, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan.

Menurut M.T.E. Hariandja (2002, h 2), sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perusahaan disamping faktor yang lain seperti modal. Oleh karena itu SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi.

Mathis dan Jackson (2006, h.3) mengeukakan bahwa suber daya manusia adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.

Demikian pula dengan The Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) yang mengatakan dalam Mullins (2005) bahwa sumber daya manusia merupakan suatu strategi perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang optimal termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi.

Jika melihat dari sudut pandang Hasibuan (2003, h 244), pengertian dari sumber daya manusia adalah suatu kemampuan dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki seseorang. Pelaku dan sifatnya dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

Sumber daya manusia juga terdiri dari daya pikir dan daya fisik setiap manusia. Tegasnya kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya. Sumber daya manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Peralatan yang handal atau canggih jika tanpa peran aktif sumber daya manusia tidak akan berarti apa-apa.

Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa sejak lahir (modal dasar) sedangkan kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan pelatihan). Kecerdasan tolok ukurnya Intelegence Quotient (IQ) dan Emotion Quality (EQ).



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Pengertian Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai diartikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun pendapat para ahli mengenai pengertian kinerja.

Pendapat pertama muncul dari Anwar Prabu Mangkunegara (2009:67) mengatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.”

Kemudian menurut Sedarmayanti (2011:260), kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).

Sementara menurut Wibowo (2010: 7), kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.

Gilbert (1977) yang dikutip Soekidjo Notoatmodjo (2009:124) juga berpendapat bahwa, kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu.



Indikator Kinerja

Anwar Prabu Mangkunegara (2009: 75) mengemukakan bahwa ada beberapa indikator kinerja, antara lain:

1.      Kualitas

Kualitas disini mengarah pada kualitas kerja yang artinya adalah seberapa baik seorang karyawan mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan.

2.      Kuantitas

Kuantitas kerja dapat diartikan juga sebagai seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu masing-masing.

3.      Pelaksanaan tugas

Pelaksanaan Tugas merupakan kondisi sejauh mana karyawan mampu melakukan pekerjaannya dengan akurat atau tidak ada kesalahan.

4.      Tanggung Jawab

Tanggung jawab terhadap pekerjaan merupakan kesadaran akan kewajiban karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang diberikan perusahaan.







Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Tinggi rendahnya kinerja seorang pegawai tentunya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Anwar Prabu Mangkunegara (2009:67) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).

Sedangkan menurut Keith Davis dalam Anwar prabu Mangkunegara (2009:67) dirumuskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah:

Human Performance = Ability + Motivation

Motivation = Attitude + Situation

Ability = Knowledge + Skill

1.       Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man on the right place, the right man on the right job).

2.            Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (sikap secara mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai serta mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.

Menurut A. Dale Timple yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2006:15), faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja dapat bersumber dari dalam individu pegawai maupun dari luar individu. Tinggal bagaimana kebijakan organisasi mampu menyelaraskan antara faktor-faktor tersebut.



Penilaian Kinerja

            Penilaian kinerja merupakan faktor kunci dalam mengembangkan potensi pegawai secara efektif dan efisien karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumberdaya manusia yang ada di dalam suatu organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi pertumbuhan organisasi secara keseluruhan.

Menurut Bernardin dan Russel yang diterjemahkan oleh Khaerul Umam (2010:190-191) mengemukakan bahwa penilaian kinerja adalah cara mengukur kontribusi individu (karyawan) pada organisasi tempat mereka bekerja.

            Sedarmayanti (2011:261) berpendapat bahwa penilaian kinerja adalah sistem formal untuk memeriksa/mengkaji dan mengevaluasi secara berkala kinerja seserang.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja pegawai sangat perlu dilakukakan karena dapat dijadikan sebagai evaluasi terhadap setiap pegawai seorang peipin mereka untuk proses tindak lanjut setelah mengetahui apa kekurangan dan kelebihan dari kinerja bawahannya, maka para peimpin seperti kepala bidang dan kepala dinas dapat mengetahui tindakan apa yang harus diambil untuk mengatasi kekurangan serta mempertahankan kelebihan tersebut, sehingga akan  berdampak pada pengambilan keputusan yang strategis mengenai hasil evaluasi kinerja serta komunikasi yang telah dilakukan oleh atasan dan bawahan sehingga tujuan instansi akan cepat tercapai.



Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Syafarudin Alwi yang dikutip oleh Khaerul Umam (2010:191) mengemukakan bahwa secara teoritis, tujuan penilaian kinerja dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development.

Suatu yang bersifat evaluation harus menyelesaikan:

a.       Hasil penilaian digunakan sebagai dasar pemberian kompensasi

b.      Hasil penilaian digunakan sebagai staffing decision

c.       Hasil penilaian digunakan sebagai dasar mengevaluasi sistem seleksi

          Sedangkan yang bersifat development Penilai harus menyelesaikan:

a.       Prestasi real yang dicapai individu

b.      Kelemahan-kelemahan individu yang menghambat kinerja

c.       Prestasi-prestasi yang dikembangkan

Menurut Sedarmayanti (2011:262) menjelaskan bahwa tujuan penilaian kinerja adalah:

1.      Meningkatkan kinerja karyawan dengan cara membantu mereka agar menyadari dan menggunakan seluruh potensi mereka dalam mewujudkan tujuan organisasi.

2.      Memberikan informasi kepada karyawan dan pimpinan sebagai dasar untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan.

Dari pengertian yang telah dikemukakan, penilaian kinerja adalah serangkaian proses untuk mengevaluasi proses atau hasil kerja seorang pegawai untuk memudahkan pimpinan (Kepala Bidang dan Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan) dalam menentukan kebijakan bagi pegawai tersebut yang berkaitan dengan pekerjaan atau jabatannya.



Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Khaerul Umam (2010:101), mengemukakan bahwa kontribusi hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat bagi perencanaan kebijakan organisasi secara terperinci, penilaian kinerja bagi organisasi adalah:

1.      Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

2.      Perbaikan kinerja

3.      Kebutuhan latihan dan pengembangan

4.      pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian, dan perencanaan tenaga kerja

5.      Untuk kepentingan penelitian pegawai

6.      Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai



KESIMPULAN



Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan seseorang dalam memimpin sebuah kelompok kerja tentu akan mempengaruhi kinerja pegawai.

Sifat pemimpin yang harus melekat pada seorang pemimpin adalah intelejensi, kepercayaan diri, determinasi, integritas, dan sosiabilitas. Ada pun beberapa macam gaya kepemipinan yang dapat dipakai, antara lain:

1.      Kepemimpinan Otokratis

2.      Kepemimpinan Birokrasi

3.      Kepemimpinan Partisipatif

4.      Kepemimpinan Delegatif

5.      Kepemimpinan Transaksional

6.      Kepemimpinan Transformasional

7.      Kepemimpinan Melayani (Servant)

8.      Kepemimpinan Karismatik

9.      Kepemimpinan Situasional



SARAN



Menurut pendapat saya, gaya karismatik dan partisipatif dapat menjadi pilihan gaya yang cocok dibutuhkan oleh sebuah kelompok karena dapat membuat pegawai nyaman ditambah kinerja pegawai pun tidak akan terganggu atau bahkan dapat meningkat. Sedangkan jenis gaya delegatif hanya cocok diterapkan pada beberapa kelompok kerja tertentu saja.

REFERENSI



Arikunto, Suharsimi, 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Edisi Revisi, Rhineka Cipta, Yogyakarta

As’ad, M. 2002.  Psikologi Industri. Edisi Ke-empat. Cetakan Keenam.  Liberty, Yogyakarta

Djarwanto.P.  1998.  Metode  Penelitian  untuk  Skripsi  dan  Tesis  Bisnis.  Raja Grafindo Persada., Jakarta Draha,  Taliziduhu,  1998.

Pengantar Pengembangan  Sumber  Daya  Manusia, Jakarta, Rineka Cipta Ferdinand, A., 2006, "METODE PENELITIAN MANAJEMEN : Pedoman Penelitian Untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen", edisi ke-2 BP Undip Semarang

Gie, Liang The, 1999. Administrasi Perkantoran Modern, Liberty, Yogyakarta

Ghozali, Imam, (2011), Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Kelima, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang

Handoko  T.   H,   dan  Reksohadiprodjo,  2000.   Organisasi  Perusahaan   Teori: Struktur dan Perilaku, BPFE, Yogyakarta

Heidjrachman   dan   Suad   Husnan,   1997. Manajemen   Personalia,   BPFE, Yogyakarta

Kootz, Harold, O’ Donnel, Cyril dan Heinz Weihrich,  1998. Manajemen; Mc. Grow Hill Book Company, Singapura Moekijat. 1997. Dasar-dasar Motivasi. Pionir Jaya , Bandung

Universitas Palangka Raya, Program Pascasarjana, 2011, Panduan Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis Wahjosumidjo, 1998. Kepemimpinan dan Motivasi; Ghalia Indonesia, Jakarta

Winardi, J,  2001. Memotivasi dan  Pemotivasian dalam Manajemen, PT.  Raja Grafindo Persada, Jakarta  Widjaja,  Amin.  2001,  Pengembangan  Sumber  Daya  Manusia.  Rineka  Cipta, Jakarta

Share this:

CONVERSATION

0 komentar:

Post a Comment

Recent Post

Recent Posts Widget